Kediri, demonstran.id – Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana atau akrab disapa Mas Dhito, kembali melakukan monitoring pengembangan desa koorporasi sapi yang dilakukan di Desa Banjarjo, Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri, Jum’at (4/3).
Dalam monitoring kali ini, suasana memang sedikit berbeda, dimana dalam acara tersebut Mas Dhito mengajak anak beserta istrinya. Diajaknya anak ini untuk mengenalkan kepada sang buah hati bagaimana para peternak sapi ini mengembangkan ternaknya.
“Saya memonitor (program desa koorporasi sapi) dengan mengajak anak istri juga,” katanya.
Bupati berkacamata ini menjelaskan, monitoring dilakukan karena ada beberapa titik yang kuota sapinya belum terpenuhi. Rencanya, seluruhnya akan selesai pada maret ini.
Hingga, 4 Maret 2022 ini sapi yang diterima oleh kelompok tani Banjasari Desa Banjarejo sudah mencapai 135 ekor yang terdiri dari 100 ekor sapi bakalan dan 35 ekor sapi impor.
Dari sapi yang sudah diterima tersebut, lanjut Mas Dhito, sudah ada 27 ekor sapi bakalan yang siap dijual. Meski demikian, penjualan tersebut akan dilakukan setelah seluruh kuota sapi diberikan.
Sedianya, program pengembangan koorporasi sapi ini akan diberikan kepada 5 kelompok di Kecamatan Ngadiluwih. Total sapi yang diberikan sebanyak 1000 ekor dengan 500 sapi bakalan untuk Fattening atau penggemukan dan 500 sapi impor untuk pengembangbiakan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih menjelaskan, selain 27 sapi bakalan yang siap dijual dan dipotong itu, ada juga 6 sapi betina yang melahirkan, 23 bunting, dan sisanya masih negatif atau belum bereproduksi.
Bertahap, kata Tutik, peternak ini akan terus berbenah untuk proses managemen pengembangbiakan dan penggemukannya. Pasalnya dengan jumlah yang terbilang banyak ini, peternak dituntut untuk memberikan perhatian ekstra kepada sapi-sapi tersebut.
“Harapannya, kuotanya agar segera terpenuhi sehingga untuk target penjualan atau pemotongan sapi ini bisa berjalan sesuai target, petunjuk pelaksanaan dan bisa berkembang lebih pesat tentunya,” katanya.
Tutik menegaskan, tidak hanya sapi yang dikembangkan, bahkan peternak di program ini sudah mampu memanfaatkan biogas dari limbah kotoran sapi. Selain itu, mereka juga telah membuat pupuk dari limbah kotoran yang perharinya bisa mencapai 20 kilogram. Dengan cara demikian, kandang komunal ini tidak akan mencemari lingkungan dengan bau yang menyengat.(glh)